Wisuda : Dari Ceremonial hingga Perpisahan yang Menyisakan Kenangan
Sobat
semua yang berbahagia, kini saatnya bersalam sapa dan berbagi cerita. Sobat
yang pernah mengalami dan merasakan nikmatnya menimba ilmu di bangku
perkuliahan pasti juga pernah merasakan perjuangan menyusun skripsi, mengejar
dosen, menanti dosen berjam-jam sampai nggak jadinya, dan akhirnya ACC itu
menjadi kabar membahagiakan. Yoooooooo.. teriak bahagiaa saat itu. Perjuangan yang
menguras banyak hal (dari badan yang kerempeng karena lupa belum makan seharian
di depan laptop, dan akhirnya ada gejala maag karena kebanyakan minum kopi di
malam hari, dan pastinya saku kering karena dikuras revisi) pasti juga pernah
berada di titik puncak perhelatan merayakan kemenangan atas perjuangan dan
ujian kesabaran tersebut, yoi apalagi kalau bukan WISUDA.
Awalnya, saya sendiri merasa makna
wisuda hanya seremonial yang tidak terlalu memiliki arti, yang penting happy
dan jangan lupa selfie perbanyak dokumentasi. (Nyatanya memang itulah yang
terjadi), sidang sarjana rasanya sudah cukup membuktikan kita mendapat gelar. Tetapi teman, cerita ini saya bagikan pada kalian yang
memliki orang tua, keluarga yang begitu menanti arti sarjana, dan itu terjadi
saat saya keluar dari auditorium Universitas Galuh, Senin 22 Agustus 2016.
Wanita yang mulai keriput yang kulihat waktu itu menanti anaknya keluar dari gedung auditorium sepertinya
tidak sabar menanti anaknya untuk memeluknya dan mengucapkan selamat
sampai air matanya keluar benar benar
deras, dan itu terjadi di depan mataku. Oh.. Allah, mungkin inikah yang
dirasakan orangtua kita kawan.. bahagia, terharu, dan bangga. Kawan, sungguh ini
adalah hadiah terbesar pertama yang kita berikan pada orangtua kita. Menyia-nyiakan perjuangan orangtua sama saja dengan mengecewakannya.
Guys,, mungkin inilah makna wisuda. Mengenang dan memberikan kebahgaiaan baru pada mereka, orangtua sahabat kita, dan lingkungan kita.
Arti lain dari wisuda adalah amanat yang harus bisa kita pertanggungjawabkan. Inilah yang berat. ketika tali toga berpindah dari kiri ke sebelah kanan, artinya hidup mahasiswa saat itu tlah berpindah menjadi manusia sosial yang harus menggunakan emosi atau perasaaannya dan ilmunya untuk kehidupan diluar sana.
Arti lain dari wisuda adalah amanat yang harus bisa kita pertanggungjawabkan. Inilah yang berat. ketika tali toga berpindah dari kiri ke sebelah kanan, artinya hidup mahasiswa saat itu tlah berpindah menjadi manusia sosial yang harus menggunakan emosi atau perasaaannya dan ilmunya untuk kehidupan diluar sana.
Tentu, bukan hanya itu makna wisuda,
kita mengenang banyak hal yang kita dapatkan selama 4 tahun, bukan hanya
tentang ilmu tapi juga guru baru, teman baru yang kini mulai berguguran
meninggalkan jejak dan mulai layu. Sahabat terbaik kita akhirnya harus berbeda
jalan dan melanjutkan hidup berbeda dengan kita, dan hanya kenangan gila yang
mungkin tidak bisa kita jelaskan. Tentang kebiasaan aneh saat kuliah, saat
nongkrong pas istirahat (meski istirahatnya paling di masjid dan kantin), saat
diskusi dan berakhir debat kusir, saat mengukir cita-cita bersama, dan akhirnya
merombak ulang cita-cita itu, karena realita selalu lebih tak terduga dari
drama. Aaaah.. bercanda kita. Itu luaar biasa.
SELALAU ADA CERITA dari pertemuan,
dan kita adalah wayang yang berjalan atas kehendak Tuhan (Allah SWT). Semoga
ilmu itu akhirnya berkah dan bermanfaat bagi kita sendiri, sesama, dan orang
lain yang membutuhkan.
Kita.. sampai
kapanpun adalah saudara kawan, pegang erat tangan dan jangan lupakan satu pesan
ini “semoga kita bisa bersatu lagi di akhirat nanti” aamiin yra.
Dosen-dosenku
tercinta, sahabatku tercinta kalian adalah memory internal yang tidak bisa
terkena virus apapun. Selalu, selalu, selalu menjadi kenangan di masa yang akan
datang.
Inilah momen-momen kami dipuncak perayaan.