Rabu, 17 Oktober 2018

Munafik, Film Gambaran Realitas Manusia

Sejak dibuat tulisan ini, saya masih belum bisa menyimpulkan dan menemukan benang merah film Munafik 1 maupun Munafik 2 ini. Anda sudah nonton filmnya? Film Munafik 1 sudah banyak di youtube, kalau Munafik 2 masih ada di bioskop NSC. Jadi tidak perlu saya papar sinopsisnya ya.
Film yang bergenre horor religius besutan Syamsul Yusof ini mengundang banyak tanya, apa maksud dan tujuannya. Itu bagi saya, kenapa? Karena biasanya dalam sebuah film tokoh antogonis dan protagonis sangat jauh berbeda sifat. Tetapi di film ini, saya melihat protagonis bisa menjadi antagonis. 
Saya hanya tergerak untuk menuliskannya, karena melihat review film tersebut dan menebak-nebak simpulan/koda dari cerita tersebut. Ketika menuliskannya pula, saya berharap dapat mendengar ilham apa yang saya simpulkan dari film ini. 
Sepertinya, untuk saat ini kesimpulan besarnya adalah: tidak ada manusia yang benar-benar kuat di dunia ini. Setiap manusia memiliki kekurangan, salah dan khilaf. 
Eits... barusan terlintas di pikiran, kesimpulan film ini adalah "La ila ha Illallah", tidak ada Tuhan selain Allah. Ya, sama maksudnya dengan awal tadi saya katakan, di dunia ini memang tidak ada yang benar-benar kuat, sekalipun Adam seorang peruqyah dan bisa menaklukkan Jin ataupun Iblis, pada kenyataannya ia tetap manusia biasa. Adapun kekuatannya itu ia dapatkan dari bersandar diri kepada Allah Swt. Atas izin Allah dan ilmu yang dikaruniakan-Nyalah Adam bisa menaklukkan Iblis/ Jin, semua bisa terjadi karena izin Allah. (Haha, berasa lagi dakwah di majlis ta'lim)
Penonton kecewa tidak ketika pada munafik 2 Adam yang ternyata membunuh ibunya? Itulah mengapa aku bilang protagonis ko rasa antagonis. Saya termasuk yang speechless melihatnya. Seorang ustadz penakluk iblis dan bisa meruqyah, bisa lemah imannya dan dirasuki jin/iblis sehingga membunuh ibunya? Kenapa bisa dirasuki jin? Kemungkinannya ada 2, saat itu Adam diganggu jin kiriman sahabatnya sendiri Azman, atau Abuja yang dengki dan benci Adam sehingga menyihir Adam, dan keadaan Adam waktu itu sedang lemah karena masih mengingat istrinya yang meninggal. Tetapi itulah manusia. Manusia.
Oh, ya, tentang Azman. Dia yang dari awal sampai akhir selalu bersama Adam, dan sudah seperti sahabat bahkan keluarganya sendiri ternyata bisa mengkhianati Adam. Karena dengki, ia berbuat demikian dan menggunakan guna-guna untuk mengganggu Adam. Demikian pula protagonis berakhir berubah antagonis.
Sedangkan Sakina, seorang istri dari Abuja yang menuhankan Iblis, rela mati-matian meninggalkan Abuja demi akidahnya, demikian ia juga lemah di akhir hayatnya, karena demi anaknya ia rela ikut memitnah Adam sebagai laki-laki kurang ajar.
Jadi, pada film ini, tidak ada manusia yang benar-benar menjadi protagonis.

Ah... Intinya itu ternyata. Manusia. Aku manusia loh. Jadi, maafkan ya kalau ada yang pernah terluka karenaku. I am just an ordinary person.

Jadi seberapa penting munafik untuk manusia? 
Pertanyaan ini masih belum bisa terjawab seluruhnya, tetapi saya menjadi sadar bahwa ternyata jangan terlalu percaya pada orang ataupun benci kepada orang. Semua sifat bisa saja tersembunyi di balik dinding hati.
Tetapi, berusaha menjadi baik memang harus tetap diusahakan bukan?
Karena manusia bukan malaikat yang selalu benar ataupun setan yang selalu salah.
Hanya ada tambahan lain, dosa besar seperti sirik itu jelas tidak bisa dimaafkan bukan, apalagi sampai memuja iblis. Naudzubillah.. 

Selamat menikmati seduhan karya manusia yang mungkin juga banyak celah kesalahan. 

Senin, 10 September 2018

Sebuah Pesan Untuk "Be Different, Because Normal is Boring"


Sesuatu yang sering dilakukan dari hari ke hari membuat bosan? 
Ya, karena normal is boring. Itu pula yang menandakan bahwa jiwa kreativitasmu terbelenggu. 
Lalu apa yang akan kamu lakukan?
Daripada bingung menjawabnya, buku normal is boring karya Ira Lathief, adalah salah satu buku bacaan bagus untuk membangkitkan kreativitas, hanya terdiri dari 146 halaman saja dan dipenuhi gambar membuat nyaman untuk dibaca. Dalam waktu 10 sampai 15 menit saja dapat dilahap dengan habis. Gaya bahasanya to the point disertai contoh-contoh "kelakuan" orang kreatif tentu membuat pembaca bisa paham apa yang bisa dilakukan.
Tanpa basa-basi, aku rangkum isinya dalam sebuah gambar.

Untuk keluar dari kebiasaan tentunya kamu harus bisa keluar dari zona nyaman dan amanmu. Cara di atas adalah petunjuk untuk melakukannya.

 Ada cara dimana kita tidak perlu bersaing agar bisa mengisi kehidupan ini, namun tetap dihargai. Caranya adalah jadilah yang pertama melakukan, jadilah yang terbaik, dan jadilah berbeda. 

Orang bisa terkenal dari sebuah kompetisi, seperti halnya penyanyi, tetapi ada pula yang terkenal dengan cara yang berbeda, jika tidak dengan jalur kekerabatan tentu kita harus berusaha lebih keras. Tapi menjadi beda di sini adalah melakukan sesuatu yang tidak orang lain lakukan.
Jadi, jangan takut berbeda, berbeda itu aset. Hiduplah sebagiamana yang kamu inginkan. Jangan takut dianggap beda. Orang kreatif kadang dianggap gila, karena memang perbedaannya sangat tipis, hanya saja orang kreatif selalu bisa menguraikan hal-hal secara taktis.

Bukunya asik, dan bisa dijadikan moodbooster untuk kehidupan yang dirasa gini-gini aja. 

Selamat membaca.


Minggu, 02 September 2018

Sainspirasi: Inspirasi Dalam Sains


( Dokpri. Jepretan Buku Sainspirasi)
Suatu hari pada acara workshop kepenulisan, seorang dosen teknik bertanya tentang bagaimana menulis artikel menarik tetapi di dalamnya berhubungan dengan sains. Karena kenyataannya, banyak yang menghindari tulisan-tulisan yang berat untuk dibaca, dan lebih memilih bacaan ringan. Masih menurut dosen tersebut, sebenarnya hal-hal yang berkaitan dengan teknik masih sukar untuk dibuat menarik dalam sebuah artikel.

Kemudain, salah seorang pemateri menjawab, ada contoh tulisan-tulisan menarik yang diangkat dari sains atau buku menarik tentang sains yang bisa dijadikan rujukan dalam membuat sebuah tulisan yang diinginkan. Tulisan-tulisan tersebut dibuat oleh Profesor Yohanes Surya. Bahkan, salah satu buku novel fiksinya berjudul “Perburuan Bintang Sirius” adalah buku fiksi ilmiah petualangan yang berisi sains.

Saya pribadi merupakan orang yang suka dengan sains, tetapi jika dikaitkan dengan rumus yang berat siapapun orangnya pasti akan langsung mengernyitkan dahi, apalagi jika dibaca di akhir pekan. Betapa membosankannya bacaan di Minggu pagi bersama teh. Terasa bukan liburan bukan?

Maka, ketika aku menulis ini aku sudah menemukan sebuah buku yang enak dibaca dan penuh inspirasi, didalamnya menganalogikan sains dalam kehidupan. Buku ini berjudul “Mobil Mogok Anggota Dewan Sebuah Sainspirasi” yang ditulis oleh Doni Swadarma, seorang guru, penulis, dan trainer. Pada perkenalannya, beliau menuliskan :
Sainspirasi adalah sebuah pengamatan
Sainspirasi adalah hasil berguru pada alam
Sainspirasi adalah kesaksian terhadap kehidupan
Sainspirasi adalah inspirasi bagi jiwa yang bersih.

Sainspirasi terbentuk dari dua kata sains dan inspirasi. Sains diambil dari kata latin (scienta) yang berarti pengetahuan dan inspiration yang berarti ilham, inspirasi. Sehingga, sainspirasi dapat diartikan sebagai: “pengetahuan tentang alam atau dunia fisik dapat menjadi petunjuk bagi seseorang untuk dijadikan pencerahan, pelajaran, dan hikmah baginya”. (halaman xii)

Buku yang terdiri dari 42 judul ini, semua berisi perenungan antara sains dengan kehidupan, menarik dan memberikan pelajaran dari sudut yang mungkin kadang jarang diambil oleh penulis-penulis lain. Aku ambil contoh salah satu tulisan pada buku ini:
Mengapa kita memilih di dalam air sambil melanjutkan berenang dibandingkan naik ke atas dan berteduh di saat turun hujan? Karena memang suhu di dalam air lebih hangat dibandingkan di darat. Lapisan permukaan air dapat meredam lajunya embusan angin yang memicu terjadinya dingin. Sebaliknya di darat, embusan angin justru dapat mempercepat turunnya suhu udara. Air akan menguap dengan cara mengambil panas dari kulit tubuh kita dari tempat di mana air itu berada. akibatnya, kulit tempat air yang menguap akan terasa dingin. Sehingga kita merasa kedinginan dan menggigil bila di darat saat hujan daripada berendam di dalam air.
Terdengar aneh, tapi begitulah kenyataannya; lebih baik menyeburkan diri ke dalam daripada menghindar dan hanya berteduh di pinggir tidak bisa merasakan apa yang terjadi sesungguhnya di kedalaman. (Halaman 5-6)

Sama halnya dalam kehidupan jalanan. Sebelum kita berinteraksi langsung dengan mereka, maka kita tak akan pernah tahu, siapa mereka sesungguhnya. Perhatikanlah minimal, pasar halte, stasiun dengan mudah kita temukan para preman, anak jalanan, pengamen, komunitas punk dan sebagianya yang kerap disebut kaum marginal yang sudah kadung dicap sebagai kaum yang pantas untuk dijauhi dan diberi label sampah masyarakat.

Padahal, jika dilihat dari sisi atau angel lain, jika saja kita masuk  pada permasalahan mereka akan ada sesuatu yang berbeda yang dapat diperbaiki dan diajak untuk masuk pada potensi mereka yang sesungguhnya.

Pada buku ini, orang yang dijadikan contoh adalah Mas Anto, dia mengumpulkan  anak jalanan Jakarta dan ikut menaklukkan anak-anak jalanan yang keras  menjadi tunduk. Kerennya, bukan berarti ia ingin so pemberani dan menjadi pemimpin di gengnya itu, tetapi ingin mengarahkan kaum marginal tersebut menjadi lebih baik. Apa setelahnya yang terjadi?  Tangan dinginnya itu melahirkan seniman sekelas Iwan Fals, Henri Lamiri, Mbah Surip, dan banyak yang lainnya.

Jadi, jangan selalu menilai dan menjauhi sesuatu yang memang mungkin bisa kita jadikan ladang beramal baik. Sekilas, rasanya saya teringat suatu metode pelajaran yang disebut quantum yang mengatakan bahwa “masuki dunia anak, dan tarik mereka ke dunia kita”, hanya saja di sini objeknya bukan lagi anak melainkan orang dewasa yang sudah kadung memiliki presepsi yang dianggap menyimpang, jadi lebih menantang.

Judul lain yang menarik yang diambil menjadi judul bukunya “Mobil Mogok Anggota Dewan” juga menarik untuk dibaca, isinya mnyindir anggota dewan secara tidak langsung.  Wah, pasti sudah tidak sabar ingin tahu isi selanjutnya kan?  Dua judul pada buku ini sudah menginspirasi. bagaimana dengan yang lainnya? Tentu lebih menarik dan memang menginspirasi.
Dengan bahasa yang sederhana dan santai, aku kira buku ini cocok menemani hari libur di akhir pekan. Tentunya ditemani secangkir kopi, teh, dan makanan ringan lainnya. Tertarik? Masa enggak. Hehehe

Minggu, 19 Agustus 2018

AADP : Ada Apa Dengan Pendidikan

Tanpa basa-basi dan perkenalan, kita memulai awal pelajaran baru dengan semangat yang berbeda. Tentu, setelah kurang lebih satu bulan libur, otak kita yang (mungkin) terbiasa santai kembali dihadiahi sebuah pekerjaan yang menanti.
Kembali dengan rutinitas yang dilanjutkan dengan administrasi-administrasi lainnya yang menuntut untuk dikerjakan.
Selain itu kita dihadiahi sebuah sistem pendidikan yang begitu cepat berganti dari musim ke musim. Sebagai sebuah perbaikan tentu perubahan adalah sesuatu yang diharapkan, tetapi wacana-wacana yang dihadirkan menuai kontroversi dan kritik. Seperti halnya perkataan Presiden Jokowi yang mengarahkan guru agar tidak hanya memberikan PR yang berkaitan dengan pelajaran. Orang yang sudah kebelet tidak suka beliau sudah pasti akan menghujat dengan hal lainnya yang bernuansa negatif. Lagi-lagi, saya menilai bahwa apa yang terjadi di Indonesia adalah kurangnya daya pikir kritis terhadap persoalan dan pembicaraan. Sehingga, apa yang dikatakan seseorang ditelan mentah.
Saya sebagai orang yang bebas, tidak terikat oleh pengkaderan dan penghasutan partai hanya tersenyum mesra. Merasakan betapa susah sekali menjadi seorang pemimpin di negeri bebas ini.
Menanggapi tentang Pekerjaan Rumah (PR), di satu sisi itu merupakan sesuatu yang diharapkan untuk mempercepat kemampuan anak dalam belajar. Meski begitu sulit juga jika tidak ditunjang dengan orang tua yang tidak paham pentingnya belajar d rumah. Di sisi lain, pemberian PR disinyalir hanya akan membuat anak menjadi tidak bisa berekspresi dengan kehidupan sosial yang lainnya.
Dibalik itu saya hanya tersenyum, semestinya kita hidup rukun dan damai dengan beragam persoalan di negeri majemuk ini. Saya paham betul, kultur dan proses di suatu daerah dengan kota atau daerah dengan daerah lain tidak akan sama dan seimbang. Akan ada persoalan lain yang datang dan akhirnya dijadikan alat untuk menyerang pihak yang tidak disukai.
Sungguh geram, kapan kita maju jika hanya perbedaan dan masalah yang diperdebatkan. Menemukan solusi dan memberikan contoh bukannya lebih baik.

Catatan yang baru terekpos.

Kamis, 02 Agustus 2018

Adakah Salah Yang Bermanfaat?

Pada tulisan saya di blog ini sebelumnya,  kesalahan diidentikkan dengan sesuatu yang positif. Itupun jika seseorang sadar, apabila yang dilakukannya bukan untuk "berbuat kesalahan" yang dimaksud.
Ada cerita menarik dari bukunya Jubilee Enterprise.
Menurutnya, kreativitas membutuhkan kesalahan. Mengapa? Karena kesalahan mengarahkan pada penemuan-penemuan baru.
pada tahun 1970, Spencer Silver ingin membuat lem berperekat paling kuat yang diciptakan dalam sejarah. Namun, kesalahan dalam meracik lem malah mengakibatkan penemuan lem paling "loyo" dalam sejarah. Akhirnya kesalahan ini mengarahkan ke sebuah penemuan paling sukses dalam sejarah, yaitu kertas tempel Post-It.
Masih banyak cerita menarik tentang kesalahan-kesalahan yang berakhir dengan "kesuksesan" dalam bentuk yang tidak terduga. Namun tetap saja hendaknya kita berhati-hati, sebab tidak semua kesalahan menjadikan keuntungan.
Masih dalam buku yang sama, Jubilee mengutip dari tulisan Jamer Hunt seorang penulis artikel tentang desain grafis menyebutkan ada 6 model kesalahan:
1. Abject Failure (kesalahan yang amat fatal)
Kesalahan kayak begini nih yang dampaknya bisa sampai se-saentero jagat. Seperti perkembangan nuklir yang jika salah bakal menghancurkan satu negara sekaligus. Kalau kesalahannya ke manusia dan menyakiti hati, kira-kira masuk type mana ya. hihi
2. Structural Failure (Kesalahan teknis, namun bisa ditangani).
Katanya sih, kesalahan seperti ini pernah terjadi pada teknis pembuatan mikrosop. Tapi, meskipun salah masih bisa digunakan juga kan.
3. Common Failure (kesalahan yang terjadi sehari-hari)
Kesalahan type ini, katanya bisa memicu ide-ide baru. Contohnya model pembelajaran mind map (peta pikiran) yang dikembangkan oleh Tony Buzan.
4. Glorious Failure (kesalahan yang memicu kegembiraan, semangat, dan gairah) Wow, apaan tuh!
5. Version Failure (pemicu terjadinya kreativitas)
Kesalahan yang bisa jadi sesuatu yang baru ya. Versi yang ga disengaja. Inovatif!
6. Predicated Failure (Kesalahan yang bisa diprediksi, sehingga hanya tinggal menyempurnakan yang salah)

Dari 6 model kesalahan di atas, sepertinya hanya ada satu model kesalahan yang menggelisahkan yaitu abject failure. Itupun dengan skala kesalahan yang besar dan sulit kita jumpai atau melakukannya.
Semoga tidak puas dengan penjelasannya, biar agan-sista tetap mau mencari dari sumber lain, dan tetap mau membaca

Rabu, 01 Agustus 2018

Karena Salah Aku Ada

Fallor Ergo Sum
Pernah dengar kalimat ini? Kalimat ini dicetuskan oleh seorang filsuf Romawi bernama Santo Agustinus yang memiliki arti "karena aku berbuat salah maka aku ada".
Pernah takut berbuat salah? Dari  berbuat salah orang bisa trauma dan takut untuk bertindak. Takut bully, takut dimarahi, takut berekspresi, dan akhirnya tidak berbuat apa-apa. Padahal dari kesalahanlah orang bisa tahu, dan mengenal apa yang harusnya dilakukan. Dari kesalahan orang bisa menemukan kesalahan selanjutnya dan menemukan "kesalahan yang berbeda". Dari kesalahan-kesalahan itu timbullah motivasi untuk memperbaiki dan berjalan ke arah yang lebih baik. Jadi, tidak ada salahnya salah jika salah itu tidak merugikan orang lain dan dan dalam niat yang baik.
Contoh besar yang sering kita dengar adalah cerita penemu besar yang ribuan kali melakukan "kesalahan dan gagal". Seperti Thomas Alfa Edison yang pernah ditanya oleh wartawan tentang kegagalan dan kesalahannya dan dijawab dengan luar biasa "aku tidak gagal, tetapi menemukan sesuatu yang baru untuk mencapainya".
Artinya tidak ada jalan yang mulus bagi sesuatu yang dipercayai. Begitu pula dalam suatu kegagaglan dan kesalahan, selalu ada hikmah dan ibrah yang bisa dipetik. Salah itu baik, jika yang dikerjakan menuju yang positif (on process to positive). Ini bahasa bener ga ya hihihi..
Kalau Einstein bilang, a person who never made a mistake never tried anything new.
-Seseorang yang tidak pernah melakukan kesalahan tidak pernah mencoba sesuatu yang baru-

Begitulah sedikit motivasi untuk diri saya pribadi dan semoga bermanfaat bagi yang membaca.
Tulisan selanjutnya insyaAllah akan membahas model-model kesalahan. Karena tidak semua kesalahan itu baik, ada batasan-batasan tertentu saat bermain dengan kesalahan dan kreativitas.
Sebagai kata penutup izinkan saya mengutip kata-kata bijak berikut :
"Sukses itu bergerak dari satu kesalahan ke kesalahan berikutnya tanpa kehilangan antusiasme" (Winston Churcill)

Sabtu, 19 Mei 2018

Awal Mula Masuk Islam di Rajadesa

Cerita yang beredar di masyarakat Rajadesa, Kabupaten Ciamis, Prabu Sirnaraja yang membangun Samida beragama Hindu. Oleh Prabu Wiramantri yang sudah lebih dulu mendiami daerah Rajadesa, Prabu Sirnaraja diajak untuk memeluk agama Islam. Namun Prabu Sirnaraja menolak karena merasa Hindu dan Islam memiliki satu kesamaan: sami-sami da. Sama-sama meyembah Tuhan yang esa dan mengajarkan kebaikan.
Nah, apakah pada saat itu Islam sudah berjaya di daerah Rajadesa? Siapakah Prabu Wiramantri itu?
Samida bukan satu-satunya kerajaan yang berada di sekitar Rajadesa. Tidak jauh dari Samida terdapat kerajaan yang disebut Sanghiang. Samida yang dipimpin Prabu Sirnaraja merupakan pusat kerajaan beragama Hindu. Sedangkan Sanghiang adalah kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Wiramantri yang beragama Islam.
Cerita ini tidak tercantum dalam buku Sejarah Rajadesa karya H.M Suryana Wiradiredja, S.H. tetapi orang Rajadesa ada yang tahu cerita ini karena dituturkan dari mulut ke mulut dan dari generasi ke generasi.
Lalu bagaimana datangnya Islam dari cerita yang lainnya?
Beberapa tahun yang lalu, ada sinetron di salah satu stasiun televisi swasta yang berjudul Raden Kian Santang. Sinetron tersebut menceritakan perjalan Raden Kian Santang, putera Prabu Siliwangi yang memeluk Islam. Ada yang pernah menontonnya?
Sinetron Raden Kian Santang (https://pangeran229.wordpress.com)
Ibu dan Bapak saya salah satu yang mengikuti serial ini. Bahkan Bapak saya selalu ikut berkomentar tentang Raden Kian Santang. Bapak mengatakan bahwa Raden Kian Santang pernah berguru kepada sahabat Nabi di Mekkah, kemudian menyebarkannya di negara Pajajaran. Komentar itu tanpa bukti kuat dan saya pun belum pernah mencoba mengulik sejarah dan belum menemukan bacaan seperti yang dikatakan Bapak.
Jika Raden Kian Santang adalah anak dari Prabu Siliwangi, berarti beliau merupakan saudara bagi Prabu Sirnaraja. Ya, mereka bersaudara tetapi beda ibu. Prabu Sirnaraja adalah putera dari Dewi Nawangsih, sedangkan Raden Kian Santang adalah putera dari Nyi Subang Larang.
Disebutkan pada buku Sejarah Rajadesa yang ditulis oleh Wiradiredja, awal mula datangnya Islam adalah ketika Prabu Kian Santang memohon kepada Ramanda Prabu Siliwangi untuk memeluk agama Islam dan melepaskan agama lama. Kejadian ini terdengar sampai ke penjuru negeri Pajajaran dan menimbulkan kasak-kusuk sampai ke daerah-daerah termasuk kerajaan yang berada di Rajadesa. Orang-orang yang berada di Rajadesa berkumpul dan membicarakan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
Mendengar banyak warga yang berkumpul dan membicarakan hal tersebut, Prabu Sirnaraja kemudian mengadakan pertemuan yang bertempat di Samida dengan orang tua dan warga lainnya. Prabu Sirnaraja berbicara bahwa sebenarnya, dirinya mengakui agama Islam sebagai agama yang baik. Akan tetapi, karena Prabu Sirnaraja merasa sudah tua ia akan melanjutkan agama yang lama. Prabu Sirnaraja bahkan berpesan agar agama Islam diterima dengan baik. Setelah pembicaraan tersebut, seketika itu juga Prabu Sirnaraja menghilang dan terjadi gelap gulita selama 7 hari 7 malam.
Pertemuan itu dihadiri oleh Susuhunan Rangga, cucu dari Prabu Sirnaraja, yang selanjutnya diserahi kerajaan Rajadesa. Susuhunan Rangga inilah yang menerima dan menganut agama Islam, dan kemudian mengganti namanya menjadi Kiai Wira Desa.
Setelah Prabu Sirnaraja merat/tilem (menghilang), yang tersisa adalah batu-batu yang berserakan. Susuhunan Rangga (Kiai Wira Desa) dan yang lainnya kemudian membereskan batu-batu yang ditinggalkan kemudian meletakkannya di daerah tertentu. Sebelum orang orang tilem, mereka telah membawa batu masing-masing sesuai dengan kedudukan dan jabatannya.
Berdasarkan dari cerita tersebut, Rajadesa menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dari Prabu Siliwangi dan kerajaan Pajajaran. Hanya saja setelah selesai membaca dengan seksama saya merasa bingung untuk menentukan apakah benar Prabu Wiramantri adalah salah satu raja yang berada di Sanghiang. Saya melihat silsilah Keturunan Rajadesa yang juga bernama Wiramantri. Beliau adalah anak dari Susuhunan Rangga (Kiai Wira Desa). Setelah saya diskusi dengan Redaktur Pelaksana Tabloid Galura, Pak Nanang Supriyatna, saya menjadi tahu bahwa cerita ini masih berupa legenda. Tentunya karena belum bisa dibenarkan secara nyata dan bukti sejarahnya yang masih kurang.
Cerita Rajadesa yang menarik ini, ternyata menjadi daya tarik sebagian pemuda Cibulakan, Rajadesa. Pemuda Cibulakan yang tergabung dalam sanggar Sanghyang Kiwari beserta pemuda yang lainnya pernah memiliki rencana pembuatan film berjudul “Babad Rajadesa”. Akan tetapi, karena masalah pendanaan, film ini hanya baru sampai setengah perjalanan dan entah kapan akan dilanjutkan.
Lagu Babad Rajadesa sudah direkam dan dinyanyikan. Saya mencoba ikut membagikannya juga agar bisa dinikmati banyak orang lewat tautan berikut. 











Sejarah Rajadesa : Guru Gantangan Mencari Wilayah


tulisan tangan Pak Guru Sutisna tentang Rajadesa (dok pri)

Asal muasal suatu daerah menjadi daya tarik tersendiri untuk ditelusuri. Seperti halnya Gunung Tangkuban Perahu yang disangkutkan dengan cerita Dayang Sumbi dan Sangkuriang, maka daerah lain pun memiliki ceritanya sendiri. Pertanyaannya, apakah cerita itu bisa dipertanggungjawabkan?
Saya memiliki kesempatan untuk membaca sejarah Rajadesa dari tulisan tangan almarhum Pak Guru Sutisna. Tulisan tangan tersebut merupakan intisari Sejarah Rajadesa yang diambil dari tulisan Arab Pegon yang sebenarnya diceritakan dari mulut ke mulut orang-orang dahulu secara turun temurun.
Kemudian, aku memotret buku tulis tangan tersebut dan mengunggahnya di status WA-ku. Seseorang langsung mengomentari dan akhirnya terjadi percakapan. Orang itu memiliki 3 buku referensi tentang sejarah Rajadesa. Bahkan beliau sempat menelusuri sejarah dan silsilah keluarganya yang ternyata masih keturunan dari Prabu Sirnaraja. Percakapan ini berakhir dengan saling menukar buku, dia meminjam buku tulis tangan Pak Sutisna, dan aku meminjam buku Sejarah Rajadesa yang sudah diketik rapi dengan nama penulis H.M Suryana Wiradireja, S.H.
Mungkin ada yang bertanya. Rajadesa emang nama daerah mana, sih? Terkenal seperti Tangkuban Perahu gitu? Rajadesa merupakan nama Kecamatan di Kabupaten Ciamis Jawa Barat yang diapit oleh dua kecamatan lain yaitu Kawali dan Rancah.
Lalu siapa Prabu Sirnaraja? Baiklah. Cerita Rajadesa akan dimulai.
Prabu Sirnaraja merupakan gelar yang diberikan oleh Siliwangi kepada Guru Gantangan yang merupakan anaknya sendiri. Ketika masih dalam istana Pajajaran, Prabu Siliwangi mengadakan pertunjukkan tari di antara keluarga kerajaan. Prabu Siliwangi mengetahui Guru Gantangan tidak mungkin ikut gelaran tersebut karena mengalami cacat fisik sejak dari kecil. Tangannya tidak normal atau dalam bahasa Sunda disebut kengkong. Beliau bahkan berpendapat bahwa Guru Gantangan bukan anaknya karena tidak seperti anaknya yang lain.
Perkataan tersebut sampai di telinga Guru Gantangan dari seorang patih kerajaan. Hal tersebut membuat Guru Gantangan pergi dari kerajaan Pajajaran dan berkelana ke tempat yang entah dimana akan dituju. Jauh dari tempatnya asal hingga sampailah ia bertemu dengan seorang emban (pembantu rumah tangga keraton), Dalem Rancah. Dalem Rancah pun mengurus segala kebutuhan Guru Gantangan. Mengetahui Guru Gantangan cacat, Dalem Rancah meminta Guru Gantangan untuk bertapa di Hulu Cirancah.

Potret jalanan di Samida (dok. pri)

Selama 12 bulan bertapa, ada keajaiban yang membuat tangannya bisa normal. Ketika Guru Gantangan bertapa beliau didatangi seekor tupai putih yang jinak tapi sulit untuk ditangkap. Pada akhirnya tupai putih tersebut tertangkap dan secara kebetulan justru ditangkap dengan tangannya yang cacat. Maka terjadilah tarik menarik yang sama kuatnya antara tupai dan tangan Guru Gantangan. Seketika itu juga tangannya menjadi lurus dan tidak kengkong lagi, sedang tupai putih tersebut pergi tanpa diketahui rimbanya.
Lama bertapa membuat Adipati Rancah (Dalem Gayam Cengkong) memerintahkan pembantunya untuk melihat keadaan Guru Gantangan di tempat pertapaannya. Ternyata Guru Gantangan dalam keadaan sehat dan tangannya sudah sembuh. Mereka pun menghadap Dalem Rancah dan Dalem Rancah bersyukur melihat keadaan tersebut. Selama di Rancah, tidak ada seorangpun yang tahu asal usul Guru Gantangan.
Pada suatu hari, puteri Dalem Rancah menderita sakit sangat parah. Semua dukun dipanggil tetapi tidak ada seorang pun yang dapat menyembuhkannya. Dalem Rancah berjanji, siapa saja yang dapat menyembuhkan puterinya akan diangkat menjadi menantunya. Guru Gantangan yang merasa iba dengan keadaan Nyi Putri, memutuskan mencoba untuk mengobati Nyi Putri dan atas kehendak yang kuasa puteri Dalem Rancah tersebut sembuh. Seperti janji Dalem Rancah, akhirnya Guru Gantangan dinikahkan dengan Nyi Putri.
Beberapa waktu kemudian datanglah rombongan utusan dari Pajajaran sebanyak 4 orang untuk mencari salah satu putera Siliwangi yang pergi tanpa pemberitahuan. Utusan tersebut adalah Buyut Purwakalih, Buyut Gelap Nyawang, Buyut Kidang Pananjung, dan Buyut Pangadegan. Laporan adanya orang yang mencari putra Siliwangi akhirnya sampai pada Dalem Rancah dan mereka pun bertemu. Para utusan dari Pajajaran membawa pula pakaian dan air sebanyak 7 ruas untuk pengisian negeri bila Guru Gantangan tidak mau kembali ke Pajajaran.
Memang ternyata Guru Gantangan tidak ingin kembali ke Pajajaran bahkan ia juga menolak Kadipaten Rancah yang ingin diwariskan oleh ayah mertuanya. Penolakan ini dilakukan Guru Gantangan karena beliau ingin membangun dan mencari wilayahnya sendiri. Dengan restu ayah mertua, akhirnya Guru Gantagan dan istri beserta 4 orang utusan Pajajaran pergi mencari tempat untuk dijadikan negeri. Di perjalanan rombongan berhenti sebentar atau dalam bahasa Sunda disebut ngarandeg. Maka tempat tersebut sampai sekarang disebut Randegan.

Papan petunjuk menuju Makam Keramat Samida (dok pri)

Kemudian perjalanan dilanjutkan sampai pada suatu tempat yang rendah (pasir handap) rombongan berhenti. Tempat tersebut dianggap cukup baik untuk dijadikan tempat tinggal. Oleh karena itu segera dibuat bangunan seumpama kerajaan dan disusul dengan rumah-rumah yang bermaksud untuk mengabdikan diri di negeri tersebut yang selanjutnya diberi nama Andapraja. Karena merasa tidak sesuai dengan lokasi yang diinginkan akhirnya Guru Gantangan dan rombongan pergi ke arah selatan sehingga sampai pada suatu bukit yang memiliki tempat yang luas dan indah disebut Samida. Sebelum Samida ditempati Guru Gantangan sebenarnya sudah ditempati lebih dulu oleh Danuwarsih. Tetapi, dengan senang hati Danuwarsih memberikan tempat itu kepada Guru Gantangan. Selanjutnya Danuwarsih berpindah tempat ke Gunung Marapi, yaitu tempat yang juga berada di sekitar Rajadesa.
Dalam kamus Bahasa Sunda Naskah dan Prasasti Sunda (2001), Samida ditulis Samidha yang berarti kayu bakar. Sedangkan di masyarakat Cibulakan dan Rajadesa, Samida diangkat dari cerita lain yaitu singkatan sami-sami da. Ceritanya dulu Prabu Wiramantri mengajak Prabu Sirnaraja masuk Islam. Tetapi Prabu Sirnaraja menolak, dan mengatakan: sami-sami da. Maksud Prabu Sirnaraja adalah Islam dan Hindu sama-sama menyembah Tuhan Yang Esa dan mengajarkan hal-hal yang baik. Di sanalah awal mula kerajaan Rajadesa dibangun, dan Guru Gantangan resmi diberi gelar Prabu Sirnaraja oleh Prabu Siliwangi. Rajadesa merupakan nama kerajaan yang dipilih Prabu Sirnaraja pada waktu itu.


Sampai saat ini, nama Samida masih berlaku dan masuk ke Kecamatan Rajadesa. Beralamat di Dusun Cibulakan Desa Sirnajaya Kecamatan Rajadesa dan sudah menjadi tempat yang diresmikan pemerintah provinsi (Balai Arkeologi, Bandung) sebagai Cagar Budaya.

Tulisan ini dimuat juga di Jabaraca.com
http://jabaraca.com/2018/03/16/sejarah-rajadesa-guru-gantangan-mencari-wilayah/









Senin, 23 April 2018

Wanita, Pendidikan, dan Buku


(sumber poto: instagram senyumsyukur)

Seberapa penting pendidikan untuk wanita?  Setiap orang pasti memiliki pendapat tentang ini. Hari ini saya memakai kata wanita karena ternyata dalam pelajaran bahasa Indonesia kata "wanita" lebih tinggi kedudukannya dibanding kata "perempuan" atau istilahnya disebut ameliorasi. Dalam KBBI diterangkan bahwa ameliorasi berarati peningkatan nilai makna dari kata biasa atau buruk menjadi baik.
Jika istilah "perempuan jalang" bermakna buruk artinya "wanita tuna susila" baik? Artinya sama, tetapi penghalusan kata membuat artinya seakan berbeda.
Sungguh, bahasa itu amat sangat luas dan tidak sesederhana mengatakan fiksi terhadap kitab suci. Saking luasnya bahasa juga bisa menjerumuskan manusia pada keburukan. Kalau istilah Sunda "hade goreng ku basa" , atau ada juga istilah lisan lebih tajam daripada pedang. "Bahasa" itu sangat mudah diucapkan, tetapi juga sangat berbahaya jika tanpa kontrol dan tidak diterima banyak pihak. Itulah mengapa banyak juga kasus-kasus yang terjadi di negeri kita ini yang "mengatasnamakan pelecehan" sebagai alat untuk menjebloskan orang ke penjara. Sayangnya juga, tanpa disadari banyak kasus yang terjadi itu justru diteriaki dan dicaci mungkin oleh saya sendiri dan warganet lainnya. Saya yakin ini tidak lepas dari kemampuan baca seseorang dalam menyimak dan berpikir kritis. Baru-baru ini saya baca disebuah situs terpercaya (republika) tentang rendahnya minat baca Indonesia. Berdasarkan data Programme for International Student Assessment (PISA), Indonesia berada di peringkat 64 dari 72 negara yang rutin membaca.
Artinya jelas bangsa kita masih sangat rendah dalam minat baca.
Terlepas dari tulisan di atas, mari kita lihat peran wanita. Wanita adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Jadi setujukah wanita itu berpendidikan? Masalah akan berlanjut ketika banyak laki-laki yang takut dan merasa tersaingi jika wanita tersebut lebih berpendidikan. Padahal menurut saya sebab itu terlalu mengada-ada. Mungkin saja, lelaki takut tersaingi atau mungkin lelaki akan memilih wanita yang cantik. Tentang itu, saya kurang paham. Karena pikiran laki-laki mungkin berbeda. Saya jadi ingat statusnya Tere Liye yang kurang lebih mengatakan "kenapa laki-laki lebih banyak memilih wanita cantik daripada yang baik, karena di dunia ini laki-laki bodoh lebih banyak daripada laki-laki buta". Saya kurang paham maksudnya, tetapi mungkin kalian yang baca ini lebih paham.
Tetapi yang jelas wanita berpendidikan bukan hanya dari tingkat sekolahnya, melainkan dari bagaimana ia terus mau belajar.
Wanita yang berpendidikan menyadari bahwa hidupnya adalah belajar, sama halnya dengan laki-laki. Bukankah dalam hadits juga dikatakan "tholabul ilmi faridotun ala kulli muslimin walmuslimat" artinya menuntut ilmu itu diwajibkan bagi semua muslim dan muslimah. Bukan muslim (lelaki islam) atau muslimah (wanita muslimah) saja, tetapi keduanya disebutkan secara beriringan, muslim dan muslimah.
Ketika Hari Kartini kemarin, saya lihat banyak beranda media sosial yang mengangkat tema Kartini ini sebagai ajang untuk menyampaikan bahwa wanita harus berpendidikan tinggi. Para warganet itu terinspirasi dari kata-kata Dian Sastro Wardoyo yang menyebutkan bahwa wanita wajib berpendidikan tinggi meskipun jadi Ibu Rumah Tangga.
Sayangnya, hal itu bisa menjadi kelemahan bagi calon Ibu-Ibu yang tidak memiliki biaya untuk melanjutkan pendidikan ke yang lebih tinggi, seakan mereka diposisi yang rendah. Padahal menurut saya, kata pendidikan yang tinggi adalah mampu belajar sepanjang hayat. Entah sengaja atau tidak, di bulan April ini, Hari Kartini tanggal 21 April didekatkan dengan hari Buku Sedunia tanggal 23 April. Seakan menjadi sebuah kode, agar wanita tidak lupa untuk tetap menambah pengetahuan walau bukan dari pendidikan formal. Setiap rumah bisa menjadi sekolah, dan setiap orang bisa menjadi guru (Ki Hajar Dewantara).
Jadi, jangan berkecil hati wahai Ibu-Ibu dan calon Ibu-Ibu. Hidup ini tentang mengisi waktu yang berharga. Semoga kita semua bisa terus belajar tanpa jemu dari manapun itu, dan sebaik-baik teman duduk adalah buku, ia tidak pernah berbohong, menggunjing orang, ataupun mengadu domba. Mungkin juga kita harus bijak memilih buku bacaan. Selamat hari buku sedunia~

Kamis, 19 April 2018

vanzaloe

(poto:dokpri)


Panjalu, di Ahad sore dengan air danau yang beriak
Baru kutahu di sana ada tempat tersembunyi untuk menenangkan dari riuhnya hari
Tiada karcis dan antri
Semua gratis untuk dinikmati..

15 April 2018

Menanti Pelajaran Baru

Menanti Pelajaran Baru

Selalu ada yang istimewa ketika kita bertemu dengan orang baru. Yaitu ketika kita belajar dari pengalaman hidup dan perjuangannya. Saya yakin, setiap orang memilki kisah yang bisa dibagi dan akan menjadi inspirasi jika kejadian itu bisa dijadikan pelajaran yang berharga. Tinggal memilih, menjadi kisah yang diceritakan orang lain sebagai bentuk ketidakmampuan menjawab tantangan atau menjadi orang yang terus bergerak meski dalam ketidakberdayaan. Atau jangan-jangan kita ingin mendengar kisah mulus tanpa tantangan tapi bisa hidup sukses dan bernilai? Adakah kisah tersebut? Sayangnya, saya orang yang selalu ingin sekali di posisi tersebut. Padahal Allah sendiri sudah mengatakan bahwa orang yang beriman tidak akan lepas dari ujian. Mental tahu dan tempe sekali saya ini ya. hmmm.
Contohnya sederhana, ketika kita mendengar kisah tentang Firaun yang tidak pernah sakit, ujung-ujungnya adalah kesombongan mengatasnamakan dirinya Tuhan. Tetapi bagaimana bisa, Allah terus menerus menguji Nabi Muhammad waktu itu, padahal surga sudah menjadi jaminannya? Itu bentuk titik balik saya, ketika dalam musibah. Karena jikalau tidak kembali pada Allah, saya yakin, apapun yang tidak sesuai dengan hati akan dirasakan dengan amarah.
Jadi panjang ya.. Tak apa. Saya hanya ingin mengisi catatan ini dengan tulisan sederhana tapi ingin tetap bermakna.
Ahad lalu, 15 April 2018 saya bertemu dengan orang-orang yang sudah lebih dulu aktif di kegiatan literasi. Bahkan begitu beruntungnya saya bisa bertemu dengan ketua FLP Jawa Barat yang sudah merampungkan novel barunya "The Special Boy". Saya tidak sadar atau bagaimana ya, saya nggak minta tanda tangannya, atau membeli bukunya. Tetapi yang pasti pertemuan ini untuk menyebarkan geliat literasi di tatar galuh Ciamis. Saya orang biasa, dan jelas masih banyak belajar. Tetapi diantara orang-orang hebat saya menjadi lebih tidak ada apa-apanya. Saya semakin merasa tidak mengetahui apa-apa.
Hal lain yang saya dapatkan tentunya adalah menikmati kekeluargaan baru yang sebelumnya tidak ada hubungan, terutama Umi Rossi yang merupakan ketua FTBM Ciamis. Bersama beliau saya merasakan semangat, dan saya selalu berharap beliau selalu sehat dengan ujian yang Allah berikan. Silaturahim adalah salah satu yang bisa memperpanjang usia, itulah ilmu yang saya pernah dapat dari guru saya. Saya yakin itu bukan mitos, tetapi sebuah energi yang membuat suasana menjadi berbeda. Karena itulah saya percaya tidak semua ilmu bisa diukur dan dimatematikakan.
Mengenai FLP (Forum Lingkar Pena), FLP Jawa Barat melalu Kang Abid (Panggilan kang Husain) berharap Ciamis bisa mengembangkan dan bergerak dalam literasi ini sebagai wadah untuk meramaikan budaya baca dan tulis. Tentu budaya baca dan tulis tidak selesai begitu saja, diharapkan setelah ditulis ada bedah tulisan untuk bisa meluruskan kekeliruan baik dari secara tulisan ataupun secara isi. Semakin menarik untuk diikuti. Lebih menarik, karena peran tulisan bukan hanya untuk bacaan tetapi sebagai sarana ibadah dan dakwah. Saya semakin bukan apa-apa tentang ini. Tetapi saya menanti pelajaran baru

15 April 2018


Minggu, 01 April 2018

Tentang Hujan di Awal April



Tentang Hujan di Awal April

Sapardi bilang "Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni"
Kau tahu kemana arah hujan bulan Juni?
Ke hatinya yang basah dengan ucapan perpisahan
Hujan kini tak lagi hanya di awal Juni
Perpisahanpun demikian

Ini bukan tentang puisi tandingan
Hanya serbuk-serbuk puitik hujan di awal April
Bukan tanda perpisahan pula nan pertemuan
Ini benar-benar tentang hujan yang turun dari langit siang perkampungan

Para petani riang gembira menyambutnya
Sebab pesawahan siap untuk ditanami benih-benih yang kemarin sudah dipanen
Pepohonan yang damai menanti rintikkan
Dan aku yang damai ditemani hujan

Rajadesa, 1 April 2018

Senin, 15 Januari 2018

Pluralisme dan Pesan Kebangsaan

Pluralisme dan Pesan Kebangsaan

Pluralis berasal dari bahasa latin  plures yang berarti beberapa dengan implikasi perbedaan. Sedangkan pluralisme adalah pandangan filosofis yang tidak mau mereduksi segala sesuatu pada satu prinsip terakhir, tetapi menerima adanya keragaman. Adalah negara kita yang beragam namun memiliki satu visi yang sama yaitu pancasila. Sejujurnya, pluralisme yang beredar kini telah membuka jalan lain, yang lebih luas dan kompleks yaitu menyangkut agama. Menyangkut agama yang lebih dalam tentu akan membuat perpecahan lantaran setiap individu pasti akan meyakini bahwa agama dirinya yang benar. Dari sana mari kita melihat pengertian pluralisme dari berbagai pakar.
Nurcholis Madjid memaknai pluralisme sebagai suatu sistem nilai yang memandang secara positif-optimis terhadap kemajemukan, dengan menerimanya sebagai sebuah kenyataan dan berbuat sebaik mungkin berdasarkan kenyataan itu. Menurut Alwi Sihab ada  empat pengertian tentang pluralisme, namun di sini penulis menyoroti terminologi pluralime ketiga dari Alwi Sihab yaitu doktrin agama apapun harus dinyatakan benar dan semua agama adalah sama. Menurut sudut pandang bahasa pluralisme berasal dari kata plural artinya banyak, dan isme yang berarti faham. Dalam konteks peradaban barat, kata pluralisme berasal dari adat istiadat gereja pada abad-abad pertengahan. Para pastor yang memiliki banyak kedudukan gerejani seperti pastor yang memiliki kedudukan lain yaitu politisi dan berdagang disebut sebagai pluralis. Dalam konteks kekinian, pluralisme memiliki makna yang lebih luas lagi baik dari segi politis, filsafat, sosial, dll.
Nah, berkaitan dengan keragaman konteks pluralisme, kini di negara tercinta Indonesia ini, seakan dilanda satu terminologi tentang keragaman (pluralisme) yang menakutkan. Terminologi tersebut menyatakan bahwa semua agama itu memiliki hakikat kebenaran. Pernah adanya wacana agama akan dihilangkan dari KTP, penyebaran paham agama baru yang longgar, dan takutnya ormas islam yang mengangkat tema kekhilafah-an, seakan islam menjadi hal yang menakutkan untuk kemudian berjaya di negeri ini, sedangkan kita melihat berita patung orang Tionghoa dengan mudahnya diizinkan dipamerkan di pusat kota. Melihat kejadian-kejadian belakangan ini, seakan Indonesia sedang menuju krisis pluralisme yang Bhineka Tunggal Ika, tetapi juga mengesampingkan keadilan di pihak yang lainnya.
Arah kebijakan yang makin terlihat mungkin harusnya menyadarkan diri kita pribadi, membuka mata lebar sudah sampai mana iman ini tertanam. Mungkin juga dilain hal ini ujian keimanan yang harus kita pertanyakan. Tentunya sebagai orang yang beriman dan beragama islam tak mau agamanya disamakan dengan agama lain, sebab menurut sejarah dan wahyuNya, islam diturunkan sebagai penyempuranaan dan satu-satunya agama yang benar di sisi Allah SWT. “inna diina ingdallohil islam”.
Melihat kenyataan terminologi ketiga ini, barang tentu akan menjadi pusat perdebatan yang panjang, dan mungkin akan menjadi indikasi adanya perpecahan dalam berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini, akan lebih baik memaknai kemajemukan atau pluralisme dari segi keberagaman yang hakiki. Bahwa Tuhan telah menciptakan manusia berbeda-beda untuk saling mengenal. Jika melihat sejarah Indonesia, sangat luar biasa tokoh islam di era tersebut. Padahal jika kita melihat perjuangan ulama-ulama saat itu sangat memungkinkan jika mereka menciptakan peraturan dan pancasila sesuai Piagama Jakarta. Akan tetapi, sejarah tidak memperlihatkan kehebaatan mereka dalam hal ini, karena mungkin sejarah telah banyak mengalami pergeseran bahkan distorsi yang hanya memperlihatkan tokoh tertentu. Maka  tidak heran jika Pangliam TNI Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa umat islam adalah garda terdepan pembela NKRI, karena beliau melihat sejarah secara matang.
Tidak ada yang menakutkan dari perbedaan, sebab perbedaan di negara ini justru dilonggarkan sendiri oleh pemikir islam. Para pemikir islam memperlihatkan kejeniusan dan toleransi terbesar lewat kemerdekaan Indonesia. Seharusnyalah, umat lain merasa bangga karena bisa berdampingan dengan damai di negeri majemuk ini dengan mayoritas islam. Mengingat di negara lain yang minoritas muslim justru dihakimi seenaknya.

Memperbincangkan pluralisme tentu menjadi hangat jika diperbincangkan di negeri ini, dan seakan menjadi ancaman serius bagi kalangan konservatisme dan kalangan umat islam pada umumnya karena anggapan awal yang menyatakan bahwa semua agama itu benar. Maka pesan dari pluralisme kali ini justru kembali lagi pada pemeluk islam yang cinta akan damai. Karena sejatinya islam datang dengan kedamaian maka tidak seharusnya islam harus dihancurkan dengan keradikalan dan semena-mena. Mengingat ada satu hadits yang mengatakan kehancuran islam justru karena umatnya sendiri. Seakan menjadi noda tersendiri jika kita melihat berita orang berniat berjihad dengan melakukan bom bunuh diri, memusuhi sesama islam karena perbedaan fiqih, seakan setiap insan memiliki hak kebenaran yang hakiki. Di negeri ini pancasila menjadi dasar dan ideologi yang sah. Bukan berarti kekhilafahan itu tidak diimpikan, akan tetapi seandainya pancasila memang difahami dan diamalkan sesuai isinya tidak ada satupun sila yang bertentangan dengan norma keagamaan, terutama norma agama islam. Pluralisme kini harus disiasati dengan saling toleransi, namun tetap berdakwah dan bertindak dengan mauidzotil hasanah. (Iis Siti Aisyah)
Tulisan ini juga dimuat di Tabloid Pendidikan Ganesha Kab. Ciamis Edisi 257 VOL VI/ Agustus 2017.


http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html