Senin, 15 Januari 2018

Pluralisme dan Pesan Kebangsaan

Pluralisme dan Pesan Kebangsaan

Pluralis berasal dari bahasa latin  plures yang berarti beberapa dengan implikasi perbedaan. Sedangkan pluralisme adalah pandangan filosofis yang tidak mau mereduksi segala sesuatu pada satu prinsip terakhir, tetapi menerima adanya keragaman. Adalah negara kita yang beragam namun memiliki satu visi yang sama yaitu pancasila. Sejujurnya, pluralisme yang beredar kini telah membuka jalan lain, yang lebih luas dan kompleks yaitu menyangkut agama. Menyangkut agama yang lebih dalam tentu akan membuat perpecahan lantaran setiap individu pasti akan meyakini bahwa agama dirinya yang benar. Dari sana mari kita melihat pengertian pluralisme dari berbagai pakar.
Nurcholis Madjid memaknai pluralisme sebagai suatu sistem nilai yang memandang secara positif-optimis terhadap kemajemukan, dengan menerimanya sebagai sebuah kenyataan dan berbuat sebaik mungkin berdasarkan kenyataan itu. Menurut Alwi Sihab ada  empat pengertian tentang pluralisme, namun di sini penulis menyoroti terminologi pluralime ketiga dari Alwi Sihab yaitu doktrin agama apapun harus dinyatakan benar dan semua agama adalah sama. Menurut sudut pandang bahasa pluralisme berasal dari kata plural artinya banyak, dan isme yang berarti faham. Dalam konteks peradaban barat, kata pluralisme berasal dari adat istiadat gereja pada abad-abad pertengahan. Para pastor yang memiliki banyak kedudukan gerejani seperti pastor yang memiliki kedudukan lain yaitu politisi dan berdagang disebut sebagai pluralis. Dalam konteks kekinian, pluralisme memiliki makna yang lebih luas lagi baik dari segi politis, filsafat, sosial, dll.
Nah, berkaitan dengan keragaman konteks pluralisme, kini di negara tercinta Indonesia ini, seakan dilanda satu terminologi tentang keragaman (pluralisme) yang menakutkan. Terminologi tersebut menyatakan bahwa semua agama itu memiliki hakikat kebenaran. Pernah adanya wacana agama akan dihilangkan dari KTP, penyebaran paham agama baru yang longgar, dan takutnya ormas islam yang mengangkat tema kekhilafah-an, seakan islam menjadi hal yang menakutkan untuk kemudian berjaya di negeri ini, sedangkan kita melihat berita patung orang Tionghoa dengan mudahnya diizinkan dipamerkan di pusat kota. Melihat kejadian-kejadian belakangan ini, seakan Indonesia sedang menuju krisis pluralisme yang Bhineka Tunggal Ika, tetapi juga mengesampingkan keadilan di pihak yang lainnya.
Arah kebijakan yang makin terlihat mungkin harusnya menyadarkan diri kita pribadi, membuka mata lebar sudah sampai mana iman ini tertanam. Mungkin juga dilain hal ini ujian keimanan yang harus kita pertanyakan. Tentunya sebagai orang yang beriman dan beragama islam tak mau agamanya disamakan dengan agama lain, sebab menurut sejarah dan wahyuNya, islam diturunkan sebagai penyempuranaan dan satu-satunya agama yang benar di sisi Allah SWT. “inna diina ingdallohil islam”.
Melihat kenyataan terminologi ketiga ini, barang tentu akan menjadi pusat perdebatan yang panjang, dan mungkin akan menjadi indikasi adanya perpecahan dalam berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini, akan lebih baik memaknai kemajemukan atau pluralisme dari segi keberagaman yang hakiki. Bahwa Tuhan telah menciptakan manusia berbeda-beda untuk saling mengenal. Jika melihat sejarah Indonesia, sangat luar biasa tokoh islam di era tersebut. Padahal jika kita melihat perjuangan ulama-ulama saat itu sangat memungkinkan jika mereka menciptakan peraturan dan pancasila sesuai Piagama Jakarta. Akan tetapi, sejarah tidak memperlihatkan kehebaatan mereka dalam hal ini, karena mungkin sejarah telah banyak mengalami pergeseran bahkan distorsi yang hanya memperlihatkan tokoh tertentu. Maka  tidak heran jika Pangliam TNI Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa umat islam adalah garda terdepan pembela NKRI, karena beliau melihat sejarah secara matang.
Tidak ada yang menakutkan dari perbedaan, sebab perbedaan di negara ini justru dilonggarkan sendiri oleh pemikir islam. Para pemikir islam memperlihatkan kejeniusan dan toleransi terbesar lewat kemerdekaan Indonesia. Seharusnyalah, umat lain merasa bangga karena bisa berdampingan dengan damai di negeri majemuk ini dengan mayoritas islam. Mengingat di negara lain yang minoritas muslim justru dihakimi seenaknya.

Memperbincangkan pluralisme tentu menjadi hangat jika diperbincangkan di negeri ini, dan seakan menjadi ancaman serius bagi kalangan konservatisme dan kalangan umat islam pada umumnya karena anggapan awal yang menyatakan bahwa semua agama itu benar. Maka pesan dari pluralisme kali ini justru kembali lagi pada pemeluk islam yang cinta akan damai. Karena sejatinya islam datang dengan kedamaian maka tidak seharusnya islam harus dihancurkan dengan keradikalan dan semena-mena. Mengingat ada satu hadits yang mengatakan kehancuran islam justru karena umatnya sendiri. Seakan menjadi noda tersendiri jika kita melihat berita orang berniat berjihad dengan melakukan bom bunuh diri, memusuhi sesama islam karena perbedaan fiqih, seakan setiap insan memiliki hak kebenaran yang hakiki. Di negeri ini pancasila menjadi dasar dan ideologi yang sah. Bukan berarti kekhilafahan itu tidak diimpikan, akan tetapi seandainya pancasila memang difahami dan diamalkan sesuai isinya tidak ada satupun sila yang bertentangan dengan norma keagamaan, terutama norma agama islam. Pluralisme kini harus disiasati dengan saling toleransi, namun tetap berdakwah dan bertindak dengan mauidzotil hasanah. (Iis Siti Aisyah)
Tulisan ini juga dimuat di Tabloid Pendidikan Ganesha Kab. Ciamis Edisi 257 VOL VI/ Agustus 2017.


http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html