Sabtu, 19 Mei 2018

Awal Mula Masuk Islam di Rajadesa

Cerita yang beredar di masyarakat Rajadesa, Kabupaten Ciamis, Prabu Sirnaraja yang membangun Samida beragama Hindu. Oleh Prabu Wiramantri yang sudah lebih dulu mendiami daerah Rajadesa, Prabu Sirnaraja diajak untuk memeluk agama Islam. Namun Prabu Sirnaraja menolak karena merasa Hindu dan Islam memiliki satu kesamaan: sami-sami da. Sama-sama meyembah Tuhan yang esa dan mengajarkan kebaikan.
Nah, apakah pada saat itu Islam sudah berjaya di daerah Rajadesa? Siapakah Prabu Wiramantri itu?
Samida bukan satu-satunya kerajaan yang berada di sekitar Rajadesa. Tidak jauh dari Samida terdapat kerajaan yang disebut Sanghiang. Samida yang dipimpin Prabu Sirnaraja merupakan pusat kerajaan beragama Hindu. Sedangkan Sanghiang adalah kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Wiramantri yang beragama Islam.
Cerita ini tidak tercantum dalam buku Sejarah Rajadesa karya H.M Suryana Wiradiredja, S.H. tetapi orang Rajadesa ada yang tahu cerita ini karena dituturkan dari mulut ke mulut dan dari generasi ke generasi.
Lalu bagaimana datangnya Islam dari cerita yang lainnya?
Beberapa tahun yang lalu, ada sinetron di salah satu stasiun televisi swasta yang berjudul Raden Kian Santang. Sinetron tersebut menceritakan perjalan Raden Kian Santang, putera Prabu Siliwangi yang memeluk Islam. Ada yang pernah menontonnya?
Sinetron Raden Kian Santang (https://pangeran229.wordpress.com)
Ibu dan Bapak saya salah satu yang mengikuti serial ini. Bahkan Bapak saya selalu ikut berkomentar tentang Raden Kian Santang. Bapak mengatakan bahwa Raden Kian Santang pernah berguru kepada sahabat Nabi di Mekkah, kemudian menyebarkannya di negara Pajajaran. Komentar itu tanpa bukti kuat dan saya pun belum pernah mencoba mengulik sejarah dan belum menemukan bacaan seperti yang dikatakan Bapak.
Jika Raden Kian Santang adalah anak dari Prabu Siliwangi, berarti beliau merupakan saudara bagi Prabu Sirnaraja. Ya, mereka bersaudara tetapi beda ibu. Prabu Sirnaraja adalah putera dari Dewi Nawangsih, sedangkan Raden Kian Santang adalah putera dari Nyi Subang Larang.
Disebutkan pada buku Sejarah Rajadesa yang ditulis oleh Wiradiredja, awal mula datangnya Islam adalah ketika Prabu Kian Santang memohon kepada Ramanda Prabu Siliwangi untuk memeluk agama Islam dan melepaskan agama lama. Kejadian ini terdengar sampai ke penjuru negeri Pajajaran dan menimbulkan kasak-kusuk sampai ke daerah-daerah termasuk kerajaan yang berada di Rajadesa. Orang-orang yang berada di Rajadesa berkumpul dan membicarakan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
Mendengar banyak warga yang berkumpul dan membicarakan hal tersebut, Prabu Sirnaraja kemudian mengadakan pertemuan yang bertempat di Samida dengan orang tua dan warga lainnya. Prabu Sirnaraja berbicara bahwa sebenarnya, dirinya mengakui agama Islam sebagai agama yang baik. Akan tetapi, karena Prabu Sirnaraja merasa sudah tua ia akan melanjutkan agama yang lama. Prabu Sirnaraja bahkan berpesan agar agama Islam diterima dengan baik. Setelah pembicaraan tersebut, seketika itu juga Prabu Sirnaraja menghilang dan terjadi gelap gulita selama 7 hari 7 malam.
Pertemuan itu dihadiri oleh Susuhunan Rangga, cucu dari Prabu Sirnaraja, yang selanjutnya diserahi kerajaan Rajadesa. Susuhunan Rangga inilah yang menerima dan menganut agama Islam, dan kemudian mengganti namanya menjadi Kiai Wira Desa.
Setelah Prabu Sirnaraja merat/tilem (menghilang), yang tersisa adalah batu-batu yang berserakan. Susuhunan Rangga (Kiai Wira Desa) dan yang lainnya kemudian membereskan batu-batu yang ditinggalkan kemudian meletakkannya di daerah tertentu. Sebelum orang orang tilem, mereka telah membawa batu masing-masing sesuai dengan kedudukan dan jabatannya.
Berdasarkan dari cerita tersebut, Rajadesa menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dari Prabu Siliwangi dan kerajaan Pajajaran. Hanya saja setelah selesai membaca dengan seksama saya merasa bingung untuk menentukan apakah benar Prabu Wiramantri adalah salah satu raja yang berada di Sanghiang. Saya melihat silsilah Keturunan Rajadesa yang juga bernama Wiramantri. Beliau adalah anak dari Susuhunan Rangga (Kiai Wira Desa). Setelah saya diskusi dengan Redaktur Pelaksana Tabloid Galura, Pak Nanang Supriyatna, saya menjadi tahu bahwa cerita ini masih berupa legenda. Tentunya karena belum bisa dibenarkan secara nyata dan bukti sejarahnya yang masih kurang.
Cerita Rajadesa yang menarik ini, ternyata menjadi daya tarik sebagian pemuda Cibulakan, Rajadesa. Pemuda Cibulakan yang tergabung dalam sanggar Sanghyang Kiwari beserta pemuda yang lainnya pernah memiliki rencana pembuatan film berjudul “Babad Rajadesa”. Akan tetapi, karena masalah pendanaan, film ini hanya baru sampai setengah perjalanan dan entah kapan akan dilanjutkan.
Lagu Babad Rajadesa sudah direkam dan dinyanyikan. Saya mencoba ikut membagikannya juga agar bisa dinikmati banyak orang lewat tautan berikut. 











0 komentar:

Posting Komentar

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html